Apa itu penyakit MENINGITIS ????
MENINGITIS ( Radang Selaput Otak )
1)
Pengertian
Meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang
belakang yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus. Bakteri/kuman masuk
dari gigi yang membusuk atau dari makanan dan daya tahan tubuh yang kurang,
sehingga menyerang otak dan menyebabkan infeksi, infeksi menyebabkan radang
(pembengkakan) otak.
Meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang
belakang. Penyebab meningitis sendiri bermacam-macam, sebut saja virus dan
bakteri. Meningitis terjadi apabila bakteri yang menyerang menjadi ganas
ditambah pula dengan kondisi daya tahan tubuh anak yang tidak baik, kemudian ia
masuk ke aliran darah, berlanjut ke selaput otak. Bila sudah menyerang selaput
otak (meningen) dan terjadi infeksi maka disebutlah sebagai meningitis.
Ada
tiga tipe meningitis yang dikenal, yaitu:
·
Meningitis kriptokokus adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus.
Jamur ini bisa masuk ke tubuh kita saat menghirup debu atau uap dari kotoran
burung yang sudah kering.
·
Viral meningitis termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit
flu biasa, dan umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya meningkat di musim panas
karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Banyak
virus yang bisa menyebabkan viral meningitis. Antara lain virus herpes dan virus penyebab flu perut.
Dulu, virus mumps juga menyebabkan meningitis. Namun
sejak ada vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) sudah jarang terjadi
meningitis yang disebabkan oleh virus mumps.
·
Bacterial meningitis, yang disebabkan oleh bakteri
tertentu dan merupakan penyakit yang serius. Salah satu bakteri yang diketahui
menjadi ‘biang keladi’ meningitis adalah meningococcal
bacteria. Bakteri meningococcal sebetulnya hidup ‘tanpa mengganggu’ di
tenggorokan dan hidung, namun pada kondisi tertentu mereka bisa menjadi aktif
dan bertambah jumlahnya hingga akhirnya menyebabkan meningitis. Jika virus
tersebut menyerang dan menggandakan jumlahnya pada sel darah, akan terjadi
keracunan darah (septicaemia). Hal ini akan merusak pembuluh darah
hingga meresap ke bawah kulit. Akibatnya pada kulit timbul bercak kemerahan
atau kecoklatan. Bercak ini akan berkembang menjadi memar yang mengurangi
suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh. Tentu saja kondisi ini bisa
berakibat fatal dan menyebabkan kematian.
2)
Gejala
penyakit Meningitis
Gejala meningitis awalnya agak sulit dibedakan dengan
gejala flu, sehingga kadang orang sering salah mengenali. Gejala umum
meningitis adalah demam tinggi,
sakit kepala, dan kekakuan
leher. Gejala ini
bisa berkembang dari beberapa jam, atau mungkin sampai 1-2 hari. Gejala lain
bisa berupa mual, muntah,
tidak tahan dengan cahaya terang, bingung, dan mengantuk.
Pada bayi yang baru lahir atau anak-anak di bawah 2 tahun, gejala klasik
seperti sakit kepala dan leher kaku seringkali agak sulit terdeteksi, karena
mereka belum bisa menyampaikan keluhannya. Bayi dengan meningitis biasanya
menunjukkan gejala lesu (kurang aktif), muntah, rewel, tidak mau makan, dan
tidak mau bangun dari tempat tidur. Dengan berjalannya waktu dan penyakit, maka
pada pasien meningitis ( di segala usia) akan timbul gejala berupa kejang-kejang.
Gejala meningitis lain yang bisa dikenali
pada balita adalah jaundice (warna kulit menguning), tubuh dan
leher terasa kaku, demam ringan, tidak mau makan atau tidak mau minum ASI.
Biasanya tangisannya juga lebih keras dan nadanya tinggi. Periksa juga apakah
ada benjolan pada ubun-ubun si kecil.
3) Cara Penularan
Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama
seperti flu, pengantar virus meningitis berasal dari cairan yang berasal dari
tenggorokan atau hidung. Saat seseorang
yang sedang menderita meningitis bersin atau batuk, maka virus tersebut
dapat berpindah melalui udara dan menularkan orang lain yang kebetulan
menghirup udara tersebut.
Untungnya,
tidak ada bakteri meningitis yang dapat menular semudah penularan flu. Juga
tidak mudah menular hanya dengan sekedar berdekatan dengan pasien meningitis.
Namun demikian, orang yang merawat pasien meningitis dalam waktu lama dan
sering ada kontak langsung dengan pasien, apalagi jika ada kontak langsung
dengan cairan dari mulut pasien, maka ada resiko untuk terkena bakteri yang sama.
Kegiatan-kegiatan seperti berbagi makanan
dengan penderita meningitis, minum dari gelas dan menggunakan sendok yang sama
juga dapat membuat orang yang sehat jadi tertular. Umumnya penularan lebih
rentan terjadi pada keluarga yang tinggal satu atap karena menggunakan
peralatan makan yang sama.
Meski
seseorang sedang terinfeksi oleh virus atau bakteri tertentu, belum tentu ia
sakit meningitis. Pada kasus tertentu, bisa saja seorang anak atau orang dewasa
membawa salah satu virus penyebab meningitis di tubuhnya, tapi ia tidak sakit
sama sekali. Meski demikian, tetap saja ia bisa menularkan virus tersebut.
4)
Cara
Pengobatan
Diagnosis
dan pengobatan secara dini sangat penting. Untuk mendiagnosis adanya bakteri
penyebab meningitis, perlu dilakukan pengambilan sampel dari cairan spinal dengan cara tertentu (spinal tap). Jika
bakteri penyebab telah diketahui, maka dokter akan memilihkan antibiotika yang
paling sesuai untuk membunuh bakteri tersebut. Untuk pemeriksaan lebih
lanjut dapat pula dengan MRI (Magnetic
Resonance Imaging) untuk
melihat keadaan otak akibat infeksi tersebut, jika diperlukan.
Beberapa
antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara lain Cephalosporin (ceftriaxone
atau cefotaxime). Sedangkan
meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria
monocytogenes akan
diberikan Ampicillin,Vancomycindan Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atau Ceftriaxone. Pengobatan lainnya adalah untuk mengatasi
gejala yang timbul, misalnya sakit kepala dan demam dengan analgesik-antipiretik,
kejangnya dengan diazepam atau fenitoin, dan
lain sebagainya. Kadang-kadang dokter akan memberikan antibiotika walaupun
belum dipastikan penyebab meningitisnya, apakah karena virus atau bakteri,
karena hasil kultur cairan spinal mungkin tidak bisa diperoleh secara
cepat, apalagi di RS yang fasilitasnya terbatas.
Maka
dari itu The
Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) merekomendasikan vaksinasi meningitis
pada mereka berusia 11-18 tahun. Usia praremaja (11-12 th) merupakan usia
terbaik sebelum dewasa untuk menerima vaksinasi meningitis. Karena kejadian
meningitis dapat meningkat pada usia dewasa, mereka yang belum pernah
divaksinasi meningitis disarankan mendapat vaksinasi seawal mungkin.
5)
Cara
Pencegahan
a.
Menjaga kebersihan tubuh agar terhindar dari virus,
bakteri penyebab meningitis.
b.
Rajin mencuci tangan.
c.
Usahakan juga untuk tidak berbagi
makanan, minuman atau alat makan, kepada orang lain apalagi kepada penderita
meningitis untuk membantu mencegah penyebaran virus.
d. Lakukan vaksinasi meningitis secara dini .
Komentar
Posting Komentar